Minggu, 03 Oktober 2010

Implementasi Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Siswa SD Pada Bidang Studi PAI” (Penilitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V SDIT Hikmah Assiefah Bekasi Utara)

A.    Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[1]

Dalam islam, pendidikan mempunyai arti penting karena merupakan ruh dari awal turunnya wahyu Alloh, perintah pertama islam adalah untuk membaca. Membaca dalam arti lebih luas, termasuk didalamnya adalah meneliti, mengkaji, mlakukan observasi, melakukan proses pembelajaran dan proses pendidikan. Dengan demikian merupakan tonggak awal dari kewahyuan, hal ini dapat dicermati dari firman Alloh SWT dalam surat Al-Alaq ayat 1-5:

ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam ,Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[2]
Dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, Zakiyah Darajat dan kawan-kawan menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah:
Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhirat kelak.[3]

Hal ini dapat dicermati dari firman Alloh SWT dalam surat At-Tahrim ayat 6:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.[4]
Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan.
1.      Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar perilaku terpuji dapat dilakukan tidak beraturan. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam."
Suatu proses yang diinginkan dalam usaha pendidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan yaitu mengarahkan anak didik kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan social serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada Nya. Dalam pendidikan agama Islam, nilai-nilai yang hendak dibentuk adalah nilai-nilai Islam. Artinya  tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah secara umum, yakni untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (GBPPPAI, 1994). Adapun usaha pembelajaran Agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu memebentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan social (Menteri Agama RI, 1996).[5]
Mutu pendidikan dikatakan baik jika nilai prestasi siswa menunjukkan peningkatan. Baik tidaknya prestasi siswa ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang paling dominan adalah guru. Dominasi guru dalam upaya peningkatan prestasi siswa terjadi dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran yang kurang menarik dan kurang variatif dapat menjadikan proses pembelajaran itu menjenuhkan. Akibatnya prestasi siswa tidak dapat ditingkatkan. Sebaliknya prestasi siswa dapat ditingkatkan jika ada upaya mengubah proses/pembelajaran. Yakni dari proses pembelajaran yang menjenuhkan diubah menjadi proses pembelajaran yang menarik dan bahkan mungkin yang mengasikkan.
Menurut pengamatan singkat yang peneliti lakukan tentang pembelajaran PAI di SDIT Hikmah Assiefah Bekasi Utara dalam proses pembelajaran guru masih berperan dominan, minat dan respon siswa dalam mengikuti pelajaran masih sangat kurang. Hal ini terlihat dari kecenderungan siswa yang lebih banyak diam tanpa memperhatikan dan bila diberi pertanyaan atau soal masih kesulitan untuk menjawab.
Proses belajar tersebut perlu adanya motivasi yang dapat dijadikan pendorong terhadap daya serap siswa, sebab siswa diharapkan dapat menyerap materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum, agar dapat meningkatkan prestasi belajar. Dari prestasi belajar, guru dapat mengetahui kedudukan siswa yang pandai, sedang, atau kurang. Hal ini dirasa penting oleh karena rendahnya prestasi siswa dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain ketidakpuasan terhadap prestasi yang diperoleh dan kurangnya rangsangan baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa. Dengan demikian pelajaran apapun yang diberikan oleh guru, hendaknya guru memotivasi siswanya dalam belajar dengan menggunakan strategi atau metode pembelajaran yang efektif.
Dalam proses belajar PAI tidak harus belajar dari guru kepada siswa, siswa juga bisa saling mengajar dengan sesama siswa yang lainnya. Strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperatif learning, pola sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Guru dalam melaksanakan proses belajar harus mampu memilih metode pengajaran yang relevan guna meningkatkan mutu pendidikan.
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak sekali variasi. Salah satu di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournamens (TGT). Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Untuk itu, dengan menerapkan model pembelajaran TGT, diharapkan dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian untuk diajukan sebagai proposal dengan judul "Implementasi Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Siswa SD Pada Bidang Studi PAI(Penilitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas V SDIT Hikmah Assiefah Bekasi Utara)
etc......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar