Minggu, 03 Oktober 2010

Konsep, Transmisi, Dan Perubahan Budaya Belajar

BAB I
PENDAULUAN


A.    LATAR BELAKANG
Setiap kebudayaan merupakan hasil cipta sejumlah individu yang bersepakat untuk hidup bersama dalam suatu tempat. Kebudayaan lahir dari individu-individu yang melakukan interaksi secara intensif untuk melakukan aturan dan kesepakatan hidup bersama. Dengan demikian untuk menciptakan kebudayaan, manusia mengeluarkan seluruh daya upayanya, termasuk memanfaatkan sumber daya alam pendukungnya. Mengingak kebudayaan dicipta bersama, maka akan berimplikasi bahwa kebudayaan juga menjadi milik bersama.
Manusia tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa adnya,melainkan juga belajar untuk menanggapi berbagai masalah yang ada di lingkungannya. Oleh karena itu pada suatu lingkungan masyarakat akan terlihatkan bentuk tindakan belajar yang bersifat psikologis pada individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh sikap adaptif mereka secara psikoogis (Montagu, 1969). Dengan demikian upaya manusia untuk melakukan belajar penyesuaian dengan lingkungannya berhubungan dengan pranata sosial, psikologis, ekonomi dan juga fisiknya (Smith, 1982:85-89).

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah dari makalah ini yaitu “Bagaimana Konsep,  Transmisi, Dan Perubahan Budaya Belajar?” yang meliputi:
1.      Apa saja konsep-konsep budaya belajar?
2.      Bagaimana transmisi kebudayaan dapat diwariskan?
3.      Fakror-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan budaya belajar?



C.    TUJUAN MAKALAH
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui apa saja konsep-konsep budaya belajar.
2.      Untuk memahami bagaimana transmisi kebudayaan dapat diwariskan.
3.      Untuk mengetahui fakror-faktor apa saja yang mendorong terjadinya perubahan budaya belajar.

D.    METODE PENULISAN
Adapun metode yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan menggunakan metode kepustakaan.

E.     SISTEMATIKA MASALAH
Bab I yaitu pendahualan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II yaitu pembahasan yang terdiri dari Konsep budaya belajar, transmisi budaya belajar, dan proses perubahan budaya belajar. Bab III yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II
KONSEP,  TRANSMISI, DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR

A.    KONSEP BUDAYA BELAJAR
1.      Pentingnya Budaya Belajar
Kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkungannya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980).
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan menusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok sosial untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Budaya belajar dapat juga dipandang sebagai pross adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Sistem pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yaknipemenuhan  kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat dasar sosial, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan , dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh, dsb. (Suparlan, 1980; Bennet, 1976: 172).
2.      Sifat-sifat Budaya Belajar
Kebudayaan etnis di Indonesia jumlah tidak kurang dari 300 buah masing-masing melekat didalamnya terdapat budaya belajar. Masing-masing budaya atau budaya belajar memiliki ciri umum yang sama.
a.       Budaya Belajar Dimiliki Bersama
Sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama. Karena terlahir dari potensi yang dimiliki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimiliki bersama. Bermacam-maca jenis kebudayaan tergantung dari pengkategoriannya. Jenis kebudayaan dapat dipandang dari latar belakang etnis (kebudayaan etnis Sunda, etnis Jawa, dll), letak geografis (kebudayaan masyarakat pantai atau pegunungan), agama (kebudayaan muslim, kristen, dll), bahkan dari perkembangannya (kebudayaan masyarakat kota, pedesaan, dll).
b.      Budaya Belajar cenderung Bertahan dan Berubah
         Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama. Kebudayaan yang dipertahankan itu mencirikan jenis kebudayaan yang tertutup dan bersifat statis. Namun pada sisi yang lain, karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersama. Sifat berubah suatu kebudayaan mencerminkan kebudayaan yang terbuka dan bersifat dinamis.
         Umumnya budaya belajar cepat atau lambat mengalami perubahan selain pertahana, namun yang harus dicatat adalah adanya membedakan pada level individu atau kelom[pok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah.
c.       Fungsi Budaya Belajar untuk Pemenuhuan Kebutuhan Manusia
Kebudayaan diciptakan bersama dan dikebangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Ada tiga syarat dasar yang harud dipenuhi oleh manusia dengan budaya belajarnya, yakni:
  1. Syarat dasar alamiah
  2. Syarat kejiwaan atau psikologis
  3. Kebutuhan dasar sosial.

  4. Budaya Belajar Diperoleh Melalui Proses Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yangbersifat herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial dilingkungannya.
Faktor yang menentukan dalam mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan symbol bahasa. Bagaimanapun sderhananya satu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya.
3.      Perwujudan Budaya Belajar
            Wujud budaya belajar dalamkehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama, perwujudan budaya belajar yangbersifat abstrak, dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit.
            Perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak adalah konsekwensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu atau kelompok sosial sebagai pedoman dalam belajar.
         Perwujudan budaya belajar yang diperlihatkan secara kongkrit berupa (a) dalam prilaku belajar; (b) dalam ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material. Perwujudan prilaku belajar individu atau kelompok belajar sosial dapat dilihat dari interaksi sosial juga dari kondisi resmi dan tidak resmi. Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.
         Bahasa adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara koongkrit pada individu atau kelompok sisial. Kekurangan dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar. Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan mengembangkan budaya belajar seorang individu atau kelompok sosial. Dalamkonteks Bangsa Indonesia yang kenyataannya multikultur menunjukkan wujud berbahasa apa yang mencerminkan budaya belajarnya. Pada suku bangsa tertentu memperlihatkan jenis bangsa yang masih sederhan. Kesederhanaan dalam bahasa menunjukkan symbol dalam pengetahuannya.
            Hasil belajar berupa material menjadikan perwujudan kongkret dari sistem budaya belajar individu atau kelompok sosial. Dalam konsep keterampilan hidup terkandung didalamnya sejumlah kecakapan-kecakapan yang dihasilkan melalui proses pembelajaran yang berlangsung di lingkungannya, suatu masyarakat. Kecakapan tersebut diantaranya (a) kecakapan dalam pengendalian diri; (b) kecakapan dalam kehidupan sosial; (c) kecakapan akademik; (d) kecakapan bidang kejuruan. Perwujudan kecakapan dalam hasil belajar banyak berupa perbuatan benda ataupun yang lainnya menunjukkan tingkat budaya belajar yang selama ini ditempuh dan menjadi perhatiannya.
4.      Subtansi Budaya Belajar
            Subtansi budaya belajar dapat dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni: (a) sistem pengetahuan budaya belajar; (b) sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya belajar; (c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.
Sistem budaya belajar yang dimiliki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya pada lingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun alam sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup.
            Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajar yang diperoleh dari penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni: (a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan alam ataupun sosial; (b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah masyarakat, ataupun pendidikan di sekolah; (c) pengalaman juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.
            Faktor-faktor yang memperngaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi budaya di masa depan. Dalam perwujudan sehari-hari, kelompok masyarakat perkotaan juga berbeda-beda dalam penghargaan budaya belajarnya. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Etos budaya belajar merujuk pada penampilan watak dasar belajar melekat pada individu atau kelompok suatu masyarakat. Pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar-dasar sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat di operasikan dalam bentuk sistem berpikir mengenai pengkategorisasian.
            Dalam setiap masyarakat pandangan hidup terlihatkan atas sikap terbuka atau tertutup. Terdapat kelompok masyarakat yang menerima budaya belajar yang hanya cocok untuk lingkungannya dan menolak  yang tidak sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.
5.      Bidang Materi Budaya Belajar
            Mengingat budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi bidang garapan atau materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya sepakat untuk menetapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat manapun adanya, yakni:
a.       Materi belajar sistem kepercayaan religi
Materi pembelajaran ini dalam masyarakat Indonesia menjadi materi yang berkedudukan penting. Kajian materi pembelajaran ini dapat dicermati melalui pembelajaran di lingkungan keluarga, masyarakat dan pendidikan formal. Lima komponen yang dimasukkan dalam materi pembelajaran sistem kepercayaan dan religi, yakni:
1.      Emosi keagamaan
            Pembelajaran emosi keagamaan diarahkan pada kekuatan kolektivitas, sehingga menjadi identitas suatu kelompok sosial berasarkan kategori agama.
2.      Sistem keyakinan
            Sistem keyakinan ini diarahkan dalam budaya belajar untuk  mengenal Tuhan dennngan sifat-sifatnya (Kosmologi); terjadinya alam dan kejadian dunia (Kosmogoni); percaya pada hari akhirat (esyatologi);. Dalam budaya belajar sistem keyakinan juga menyangkut nilai dan sistem norma keagamaan, ajaran kesusilaan, dan dokrin religi lainnya yang berhubungan dengan tingkah laku manusia.
3.      Sistem ritus dan upacara keagamaan
            Adalah suatu wujud budaya belajar dalam tindakan untuk melakukan perbandingan kepada tuhan tme atau kekuatan gaib berupa Dewa dan Dewi, roh nenek moyang. Fungsi ritus adalah sarana manusia untuk melakukan komunikasi secara khusus. Komunikasi itu dilakukan secara rutin dengan menggunakan tata cara yang sudah ditentukan berupa prilaku berdoa, bersujud, bersaji, berkorban dll.
4.      Pelaksanaan ritus menggunakan
Artinya budaya belajar diarahkan untuk mengenal tempat-tempat yang disucikan untk melaksanakan ritus misalnya bangunan mesjid, langgar, greja, pafoda, stupa, atau tempat keramat lainnya.
5.      Ummat beragama.
Yakni budaya belajar diarahkan untuk mengenal adanya kesatuan kelompok sosialnya yang berdasarkan kesamaan dalam sistem agama atau keyakinan pada saat melaksanakan ritus.
b.      Materi belajar sistem organisasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih menguntungkan dibandingkan hidup menyendiri. Terdapat dua submateri yang disediakan bahan mengenai kehidupan sosial berikut organisasinya yakni (a) organisasi simbolik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fisik yang bersifat otomatis, dan (b) organisasi sosial, yangterbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.
Materi organisasi mempunyaidua  aspek penting untuk diajarkan yakni aspek fungsi dan aspek struktur.
c.       Materi belajar sistem mata pencaharian hidup
Adalah materi yang paling mendapat tekanan dari masyarakat manapun. Setiap kelompok masyarakat memiliki sistem ekonomi yang bersumber dari lingkungannya.
Dalam pengkajian perekonomian setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni: (a) ekonomi sektor prodeksi; (b) ekonomi sektor distribusi; (c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitannya dengan materi pembelajaran bidang ekonomi perlu memperhatikan jenis mata pencaharian yang dijadikan bidang kehidupannya. Misalnya pada kelompok masyarakat pedesaan lebih menekankan pada sektor produksi dan distribusi.
d.      Materi belajar sistem peralatan dan teknologi
Adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada perinsipnya teknologi ditemukan manusia karena terdesaknya oleh kebutuhan dalam pekerjaannya. Dalam lingkungan keluarga, masyarakat ataupun sekolah pembelajaran teknologi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung dan penggunaannyapun tidak hanya untuk orang dewasa tetapi anak sekolah pun sudah mempelajarinya.
e.       Materi belajar sistem bahasa
Salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Materi budaya belajar ini mendapat perhatian yang besar oleh Antropologi mutakhir, mengingat bahasa dipandang menjadi pangkat terwujud suatu kebudayaan. Bahasa tidak hanya diartikan sekedar suara (bahasa lisan), melainkanjuga dengan tulisan )bahasa tulisan), bahkan bahasa gerak (bahasa isyarat).
f.       Materi belajar sistem kesenian
Kesenian adalah unsur budaya yang berusia tua sebagai materi pembelajarannya, kesenian secara tak langsung maupun langsung dijalankan dengan dengan budaya belajar. Melihat citranya yang indah memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari kesenian setempat ataupun kelompok lain secara khusus.
B.     Transmisi Budaya Belajar
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetic atau herediter, melainkan melalui proses belajar oleh individu atau kelompok sosial di lingkungannya. Budasya belajar dapat juga dipandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkunngan sosial. Sistem pengetahuan belajara digunakan untuk adaptasi dalam kerangka untuk kebutuhan hidup, yakni: (1) syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan lebih berfungsi organ-organ tubuh manusia; (2) syarat kejiwaan yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan-perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya; (3) syarat dasarsosial, yakbni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangkai musuh dsb (suparlan, 1980;Bennet, 1976: 172).
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “tranmisi kebudayaan”, yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estapeta kebudayaan, faktor yang menentukan dalam mempelajari budaya belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa.
1.      Kepribadian dan Budaya Belajar
Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkait dengan aspek eksternal individu. Suatu pembahasan yang komprehensif yang menghubungkan antara aspek kepribadian dengan budaya belajar bilamana ditempatkan dalam konteks kepribadian publik, artinya suatu kepribadian yang secara umum dianut oleh masyarakat yang ada dalam suatulingkungan masyarakat. Landasannya adalah budaya belajar akan dapat diinternalisasikan dalam hidup masyarakat.
a)      Kepribadian yang Selaras
Teori sosialisasi adalah salah satu teori yang banyak digunakan untuk menganalisis tentang adannya kepribadian yang selaras dengan lingkungannya. Kepribadian yang selaras disini adalah kepribadian yang sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadi pendukung kebudayaan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilikinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tingga.
b)      Kepribadian yang Menyimpang
Sementara itu terdapat pula teori yang menentang adanya kepribadian publik melalui sosialisasi, yakni psiko-analisis. Teori ini beranggapan bahwa perkembangan kepribadian adalah suatu yang tidak sederhana seperti yang digambarkan. Kenyataan ini dibuktikan dengan menunjukan fakta, bahwa kepribadian itu tidak hanya dibentuk oleh lingkungan eksternal (lingkungan sosial),melainkan juga oleh internal (bakat dan karakteristik) dan diri anak itu sendiri.
2.      Sarana Pewarisan Budaya Belajar
Usaha pewarisan bukan sekedar menyampaikan atau memberikan sseuatu yang material, melainkan yangterpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Usaha pewarisan ini dipandang sangat penting kedudukannya,karena bukan hanya untuk kepentingan golongan tua saja atau golongan muda saja, melainkan lebih jauh untuk menunjukkan keberadaan suatu masyarakat atau bangsa.
3.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Kajian Antropologi pendidikan, lingkungan keluarga merupakan unit sosial yang paling kecil dan menjadi salah satu lingkungan yang mendapat perhatian penting dalam mengenali fenomena sosial yang berimplikasi kepada pengenalan sistem kekerabatan dan organisasi sosial serta sistem mata pencaharian hidupnya. Demikian halnya dengan mengenal sitem pewarisan kebudayaan, keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapatkan pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.
Di dalam lingkungan keluarga terdapat fungsi utamakeluarga, yaitu:
  1. Fungsi seksual keluarga, malalui perkawinan
  2. Pusat perekonomian
  3. Fungsi edukasi
Inti proses pewarisan budaya melalui keluarga adalah terjadinya interaksi berjalan perlahan tetapi pasti tanpa prosedur, yang berbelit-belit. Adapun fokus perhatiannya yakni dengan meneliti tentang pola pengasuhan ank-anak.
4.      Lingkungan Pendidikan Masyarakat
J.P. Gilian mengartikan masyarakat    sebagai sekolompok manusia yang tersebar, yang mempunyai kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Masyarakat terdiri atas kesatuan-kesatuan yang paling kecil. Pada perinsipnya suatu masyarakat berwujud apabila diantara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerjasama serta hidup bersama secara menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilikan hak milik, perkawinan, religi, sistem hukum, sistem kekeranatan dan sistem edukasi.
5.      Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pendidikan di sekolah dalam krangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan adalah program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
Proses pewarisan budaya di sekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus menerus. Cara pewarisan melalui lembaga sekolah itu hanya berlaku bagi masyarakat yang berkebudayaannya kompleks.
6.      Lingkungan Pendidikan Media Massa
            Media massa adalah suatubagian dalam masyarakat yang  bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dsb. Sifat media massa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Berdasrkan sifatnya, media massa salah satu fungsinya sebagai media kontrol yang    terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma serta aturan yang berlaku di masyarakat. Selain itu berfungsi juga sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Melalui media massa  akan terjalin hubungan atau kontak sosial secara tidak langsung antar anggota masyarakat. Keseluruhan itu menunjukkan besarnya peran media massa dalam pembentukan pewarisan budaya belajar bagi seluruh anggota masyarakat.
C.    Proses Perubahan Budaya Belajar
Perubahan budaya merupakan sebuah keharusan yang prosesnya dapat secara langsung dan tidak langsung.
Individu/kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya apabila didukung oleh faktor-faktor berikut:
  1. Adanya kesadaran dari para individu akanadanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya.
  2. Adanya mutu dan keahlian para individu yangbersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru.
  3. Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya.
  4. Adanya suasana keritis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses perubagan budaya belajar, yakni:
1.      Faktor waktu dalamperubahan budaya belajar
Faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Budaya belajar ini berlangsung secara perlahan, tetapi pasti berkembang. Perubahan budaya belajar dipandang mengikuti hukum evolusi, dalamarti perkembangannya mengikuti tahapan-tahapan. Rentang pertahan perkembangan budaya belajar cukup lama.
2.      Faktor kontak budaya dalamperubahan budaya belajar
Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalamproses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kemudian dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.


3.      Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar
Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Dimana perubahan budaya belajar ini pada dasarnya berlangsung dari awal atau seerhana menuju komplek.
4.      Akulturasi Budaya Belajar
Istilah akulturasi baru dapat dikemukakan pada tahun 1934 oleh sebuah lembaga penelitian Ilmu Sosial Internasional. Adapun anggotanya yangterkenal seperti Redfield, Linton, dan Herskovits, yang merumuskan definisi tentang akulturasi meliputi sebuah fenomena yang timbul sebagai akibat adanya kontak secara langsung dan terus menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain:
  1. Kontak budaya belajar bisa terjadi antar seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan hanya individu-individu dari dua masyarakat. Misalnya kontak budaya dalam bidang keagamaan.
  2. Kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara dua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Contohnya antara bangsa Indonesia dengan Malaysia yang kebanyakan penduduknya masih satu rumpun bangsa.
  3. kontak budaya belajar dapat timbul diantara masyarakat yang mempuyai kekuasaan baik dalam politik maupun ekonomi.
5.      Asimilasi Budaya Belajar
Asimilasi dapat dipandang sebagai proses sosial yang ditandai dengan makin bergantungnya perbedaan-perbedaan antar  individu dan antar kelompok serta dengan semakin eratnya persatuan dalam segi aktivitas. Asimilasi berkaiatan dengan sikap dan proses mental yang berhubungan dengan tujuan dan kepentingan bersama. Asimilasi budaya belajar pada dasarnya proses saling mempelajari pola budaya belajar antarindividu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing.
Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lamban bergantung pada beberpa faktor.
  1. Adanya toleransi yang memadai antar dua individu atau kelompok masyarakat memiliki perbedaan-perbedaan.
  2. Adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar.
  3. adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya.
  4. adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.
6.      Inovasi Budaya Belajar
Konsep inovasi dibedakan dalam dua term, yaitu discoveri dan invention. Keduanya meiliki orientasi yang sama namun memiliki perbedaan. Lebih tegasnya Persudi Suparlan (1987) menyatakan discoveri adalah suatu penemuan baru yang berupa persepsi mengenai hakikat suatu gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala atau hakikat mengenai hubungan antara dua gejala/lebih. Sedangkan inventation adalah ciptaan baru yang berupa benda/pengetahuan yang diperoleh melalui proses pencintaan yang didasarkan atas pengkombinasian danpengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda atau lainnya.
Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki konfigurasi mental dalam budaya belajar akan berjalan melalui tiga tahap.
  1. tahap analisis: melakukan analisis terhadap konfigurasi baru yang dipandang dari konfigurasi yang sudah ada.
  2. tahap identifikasi: melakukan perbandingan-perbandingan, penilaian dan menemukan adanya kecocokan-kecocokan.
  3. tahap substitusi: menentukan untuk mengganti konfigurasi budaya belajar yang lama kedalam konfigurasi belajar yang baru.
Individu atau kelompok sosial akan berkesesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a)      Adanya kesadaran dari para Individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar selam ini dianutnya.
b)      Adanya muu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru
c)      Adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya
d)     Adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.
Suatu pembaharuan budaya belajar akan diterima oleh suatu masyarakat pabila memenuhi syarat-syarat berikut.
1.      Masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan.
2.      Perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya.
3.      penemuan budaya belajar harus bisa diajarkan pada masyarakat.
4.      penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang.
5.      perubahan tersebut tidak merusak prestise pribadi atau gologan.
7.      Difusi Budaya Belajar
Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari suatu budaya belajar individu ke individu lainnya atau intra-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainnya atau difusi inter-masyarakat, nila suatu budaya belajar baru diterima oleh masyarakat karena bekesesuaian dengan sistem gagasan, kebiasaan serta emosi-emosinya maka budaya belajar akan menjadi gejala universal. Sebaliknya budaya belajarbaru yang ketika disebarkan hanya didukung oleh sebagaian masyarakat saja disebut alternative. Sedangkan bila pendukung budaya belajar hanya sebagian kecil disebut spesialis. Manakala sistem gagasan, tingkahlaku dan sikap budaya belajar baru hanya muncul pada perorangan saja maka disebut particular individu.
Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Dikalangan para inovasi budaya belajar gejala peniruan bisa dilakukan, manakala mereka dihadapkan pada suatu masalah untuk segera memecahkan masalah dilingkungannya. Gejala peniruan ini bisa berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa benar bisa juga salah.
Salah satu prinsip difusi budaya belajar adalah jika terjadi mula pertama menyebar atau diidentifikasi oleh kelompok masyarakat yang letaknya dan hubungannya paling dekat dengan sumber perubahan budaya belajar. Prinsip lainnya berkenaan dengan marginal servival, yakni jauh unsur kebudayaan yang disebarkan itu dari pusatnya maka sifat kebudayaan itu semakin kabuar atau dengan kata lain unsur kebudayaan yang tersebar itu telah mengalami perubahan baik dari bentuknya maupun isinya.
8.      Dampak Perubahan Budaya Belajar
Besarnya tuntutan budaya belajar baru dari dalam disebabkan karena semakin besarnya tuntutan akan kebutuhan hidup. Adanya kesempatan atau peluang dimiliki oleh lingkungan tersebut untuk memungkinkan terjadinya perubahan budaya belajar. Bila peluang tersebut dipandang menguntungkan dalam kehidupan sosial, sangat besar kemungkinan perubahan budaya belajar baru akan diterima.
Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari di lingkungan kta. Setiap individu atau kelompok masyarakat menginterpretasi semakin sulitnya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadikan individu atau kelompok sosial mengbah pola budaya belajar dalam kehidupannya. Dalam prilaku sehari-hari pembangunan sarana seperti transportasi, teknologi informasi memungkinkan setiap individu atau kelompok masyarakat di pedesaan ataupun diperkotaan melakukan perubahan pola belajar. Terlebih lagi dalam lingkungan, baik dipersekolahan dasar, menengah ataupun tinggi penggunaan ICT telah berdampak pada perubahan pola budaya belajar.
Dalam pandangan adaptai budaya belajar, individu atau kelompok sosial melakukan tindakan adaptasi dalam rangka dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar sehingga dapat melangsungkan kehidupanny dengan sebaik-baiknya. Perbedaan respon dalam menghadapi budaya belajar baru pada dasarnya disebabkan kerena perbedaan dalam beradaptasi yang dikategori menjadi dua begian, yakni kelompok yang setuju dan yang tidak setuju dengan perubahan budaya
Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang disebabkan kontak dengan dunia luar. Dapat secara langsung, yakni melalui antarindividu atau antarkelompok secara berhadapan. Maupun secara tidak langsung berupa bentuk kontak melalui media massa, koran, majalah, radio, televisi, dan bentuk media lainnya sehingga membentuk sejumlah pengetahuan baru yang bernilai penting bagi pengembangan kehidupan di lingkungannya. Proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar disebut penetrasi budaya. Artinya unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.


BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Budaya belajar dapat dipandang sebagai strategi adaptasi dapat dipandang sebagai model-model pengetahuan  belajar yang berupa serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, strategi-strategi yang dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Spradley, 1972). Resep-resep tersebut berisikan pengetahuan belajaryang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan tata cara untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya. Berbagai ukuran penilaian dilakukan dalam rangka menentukan tujuan mana yang lebih baik dan lebih penting. Disamping itu pengetahuan belajar juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai bahaya-bahaya yang mengancam dan melakukan rekonstruksi tentang asal-usul bahaya serta bagaimana belajar mengatasinya (spradley dan Suparlan, 1980).
Perubahan adalah suatu fenomena yang abadi dalam kehidupan dunia ini. Dalam konteks budaya belajar, perubahan akan terus berlangsung untuk adanya penyesuaian dengan perkembangan unsur-unsur kebudayaan, sehgingga terjadi keserasian dengan fungsi suatu kehidupan dalam masyarakat. Dalam kenyataan tidak ada dalam kehidupan ini, terlebih lagi perilaku manusia dalam pembelajaran tidak akan selamanya tetap mempertahankan pola budaya belajarnya.



B.     SARAN
Usaha meneruskan, mewariskan atau transmisi budaya belajar yang dimiliki oleh generasi awal dilakukan kepada generasi sesudahnya. Disadari sepenuhnya karena faktor usia yang terbatas, ada saatnya suatu generasi akan tidak mampu lagi menjalankan peran sebagai anggota masyarakat. Untuk itu, diperlukan pengganti yang akan meneruskan apa yang telah dilakuakannya. Agar bisa meneruskan, generasi pelanjut perlu diberikan informasi, bimbingan, dan penjelasan secara lengkap mengenai kebudayaan. Pewarisan budaya atau tranmisi tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran pada kedua belah pihak lewat suatu perencanaan yang sistematis agar dapat mencapai sasaran.


DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, S Jajat, Hufad, Achmad. 2006. Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: UPI Press

1 komentar: