Minggu, 03 Oktober 2010

Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dalam pokok bahasan penjumlahan pecahan pada pembelajaran matematika siswa sekolah dasar

A.  Latar Belakang
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan pesat. Dengan demikian, maka upaya pelaksanaan dan pengembangannya perlu dipertimbangkan. Salah satu upayanya dengan melaksanakan KBM yang telah disesuaikan dengan kurikulum dan menumbuhkembangkan kemampuan serta membentuk pribadi siswa kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk hidup dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Pengajaran Matematika di sekolah dasar, secara umum pembelajarannya masih berpusat pada guru (centre teacher), padahal menurut prinsip-prinsip pelaksanaan kurikulum yang berbasis kompetensi pembelajaran harus berpusat pada anak (centre student), artinya memberikan upaya pada diri siswa untuk mandiri dalam belajar, bekerjasama, dan mampu menilai diri sendiri agar siswa mampu membangun kemauan, pemahaman, dan pengetahuan.
Dilihat dari uraian di atas, pantaslah masih banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik, dan bahkan penuh misteri. Hal ini disebabkan tidak adanya inovatif pengajar dalam proses pembelajaran, dengan kata lain guru masih menganggap dirinya raja (king of the class).
Untuk menghilangkan pandangan negatif terhadap matematika, maka guru perlu memiliki keterampilan dalam menguasai materi yang akan diajarkan, mengelola strategi belajar-mengajar, menerapkan metode/teknik mengajar yang tepat, memilih media pengajaran, dan mengevaluasi hasil belajar (Ruseffendi, 1988: 195).

Namun, walaupun guru telah berusaha seoptimal mungkin dengan kompetensi yang ada agar siswa memperoleh hasil yang baik, tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan. Hal ini kita sadari bahwa keberhasilan belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh guru, melainkan ditunjang dari diri anak itu sendiri.
Menurut Ruseffendi ada 10 faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu :
a.       Faktor dari dalam yang mencakup kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan anak, dan minat anak.
b.      Faktor dari luar yang mencakup model penyajian materi, pribadi dan cara guru mengajar, suasana belajar, kompetisi guru, dan kondisi masyarakat luas.
Perpaduan faktor-faktor itu mengandung arti, bahwa kegiatan belajar-mengajar peserta didik akan lancar dan mencapai hasil yang optimal apabila faktor-faktor itu mendukung terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menekankan keterlibatan aktif antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Selain itu, pada kurikulum sebelumnya atau KBK menekankan bahwa belajar matematika tidak sekedar Learning to know, melainkan harus ditingkatkan meliputi learning to do, learning to be, hingga learning to live together (Suyitno, 2004:60). Oleh karena itu, pengajaran matematika perlu diperbaharui, dimana siswa diberikan porsi lebih banyak dibandingkan dengan guru, bahkan siswa harus dominan dalam kegiatan belajar mengajar. Sasaran dari pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan mampu berfikir logis, kritis dan sistematis.
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran kooperatif. Aktifitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa terhadap perlunya belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan, kepada siswa yang membutuhkan atau anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.
Berdasarkan permasalahan dan uraian di atas, tujuan penelitian ini  adalah mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dalam pokok bahasan penjumlahan pecahan pada pembelajaran matematika siswa sekolah dasar. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2 Cibogohilir kecamatan plered kabupaten purwakarta.
ETC......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar