Minggu, 03 Oktober 2010

Pandangan Mahasiswa Terhadap Profesionalisme Dosen Matematika di UPI Kampus Purwakarta


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar merupakan target penting dalam pencapaian tujuan pendidikan di Perguruan Tinggi. Dalam proses kegiatan belajar mengajar pihak yang terlibat langsung yaitu mahasiswa yang belajar dan dosen sebagai pengajar. Proses ini mahasiswa yang kreatif dan peranan dosen yang profesional sangat berarti untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dosen yang profesional adalah dosen yang memiliki keahlian, tanggung jawab dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat.
Tampaknya kita tidak bisa mengungkiri sebuah ungkapan “Matematika bagian tak terpisahkan dalam kehidupan seseorang”. Karena setiap aktivitas yang dilakukan seseorang, tentu tidak akan terlepas dari matematika. Matematika merupakan aspek penting untuk membentuk sikap, demikian menurut Ruseffendi (1991), sehingga salah satu tugas pengajar adalah mendorong peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Dimensi yang mendasari sikap mahasiswa terhadap Mata Kuliah Matematika yaitu cara pandang mahasiswa terhadap Mata Kuliah Matematika, sikap mahasiswa yang meliputi perasaan terhadap matematika, kesediaan mempelajari dan kesadaran terhadap manfaat matematika. Namun seperti halnya beberapa tahun yang lalu, saat ini Mata Kuliah Matematika masih dianggap sukar dan hal yang menakutkan bagi mahasiswa PGSD. Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurang profesionalnya kinerja dosen, kualitas dosen, metode perkuliahan serta kurangnya motivasi belajar pada mahasiswa.
Perlu adanya pemikiran ulang mengenai kebiasaan para pengajar khususnya dosen matemátika  dalam menyampaiakan materi dan  menampilkan kepribadian yang efektif dan efesien. Apakah materi yang disajikan membuat mahasiswa tertarik, termotivasi, kemudian timbul perasaan pada diri mahasiswa untuk menyenangi materi, dan adanya kebutuhan terhadap materi tersebut. Ataukah justru cara penyajian materi hanya akan membuat mahasiswa jenuh terhadap matematika? Apakah dalam menjalankan profesinya sudah menunjukan kemampuan konsep diri yang positif dan kepribadian yang baik atau justru sebaliknya? Sejalan dengan pemikiran Syah (1995) bahwa ketidakprofesionalan pengajar, kekurangan atau ketiadaan motivasi akan menyebabkan kurang bersemangatnya mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran baik di kampus maupun di rumah.
Dosen harus semakin kompeten dalam matematika, karena mereka yang mengetahui matematika, dan mengetahui bagaimana mengajarkannya. Mahasiswa yang diharapkan berhasil dalam proses pendidikan adalah mahasiswa yang bersikap kritis, kreatif, logis, matematis, mandiri, bertanggung jawab, dan mampu belajar sendiri. Namun kenyataan menunjukan bahwa masih banyak dosen (termasuk dosen matematika) yang sekedar memberikan informasi secara satu arah dalam bentuk ceramah dan intruksi-intruksi kepada mahasiswa untuk menyelesaikan masalah. Hal itulah yang merupakan kendala dalam strategi pembelajaran matematika.
Disamping itu, masih saja kita temukan dosen yang menampilkan kepribadian yang tidak efektif seperti kurangnya interaksi dosen dengan mahasiswa baik di kelas maupun di luar kelas (kurang memperhatikan mahasiswa), ketidakdisiplinan dosen, kurang adanya persiapan dalam pembelajaran, bahkan masih ada dosen yang materialistis. Padahal para mahasiswa tidak hanya belajar dari apa yang dikatakan dosennya, mereka juga belajar dari totalitas kepribadian dosennya. Oleh karena itu, konsep diri yang positif akan membuat dosen terhindar dari kebiasaan buruk yang menghambat efektifitas pembelajaran, karena kebiasan buruk ini akan mempengaruhi kualitas belajar mengajar. Tepatlah peribahasa yang mengatakan “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Peribahasa ini menggambarkan betapa pribadi seorang dosen sangat besar pengaruhnya terhadap para mahasiswa untuk dijadikan tauladan.
Bagi dosen sendiri keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan kepuasan, rasa percaya diri serta semangat mengajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sebagian sikap dosen profesional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuan, khususnya kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan. Dosen profesional hendaknya mampu mengantisipasi hal-hal tersebut, sehingga apa yang disampaikannya kepada mahasiswa selalu berkenan di hati dan selalu terbaru (up to date).
1.2  RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pandangan Mahasiswa Terhadap Profesionalisme Dosen Matematika di UPI Kampus Purwakarta”.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini diarahkan sebagai berikut :
1.       Sejauh mana tingkat kedisiplinan dosen matematika di UPI Kampus Purwakarta ?
2.       Sejauh mana pemahaman dosen terhadap materi yang akan disampaikan ?
3.       Apakah penerapan metode yang dipilih oleh dosen sudah dirasa efektif dan efisien ?
4.       Bagaimana interaksi yang terbina antara dosen dengan mahasiswa ?
5.       Apakah sikap dan penampilan (keperibadian) dosen sudah dikatakan efektif dan contoh yang baik?
1.3  TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui sejauh mana profesionalisme dosen matematika di UPI Kampus Purwakarta dalam pandangan mahasiswa.
  2. Sebagai tolak ukur mahasiswa untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional.
  3. Sebagai bahan refleksi terhadap kinerja dosen matematika di UPI Kampus Purwakarta.
  4. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Matematika. Agar mahasiswa dapat membuat laporan penelitian dengan efektif dan efisien.

1.4  METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam laporan penelitian ini adalah analisis kerja dan aktivitas (job and activity analysis) yang merupakan penelitian dengan mengunakan metode deskriptif.


BAB II
DOSEN YANG EFEKTIF ADALAH DOSEN PROFESIONAL


2.1  Fungsi Dosen / Guru
Arah pembinaan dan peningkatan kualitas dosen hendaknya diorientasikan pada pembentukan dosen efektif, yaitu dosen yang mau dan mampu mendayagunakan segenap potensi internal maupun eksternal secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun fungsi dosen/ guru adalah sebagai berikut:
A.    Dosen sebagai Pendidik
Salah satu fungsi dosen yang umum adalah sebagai pendidik. Dalam melaksanakan fungsi ini, dosen dituntut untuk menjadi inspirator, dosen memberikan semangat kepada para mahasiswa tanpa memandang tingkat kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajarnya. Buatlah setiap mahasiswa senang bergaul dengan dosen, baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini tentu saja menuntut fleksibilitas yang tinggi, perhatian dan tindakan dosen harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa.
Sebagai korektor, ia harus berusaha membetulkan sikap dan tindakan mehasiswa yang tidak sesuai dengan tuntunan kehidupan mahasiswa. Hal ini berarti bahwa dosen harus mampu memberikan peneguhan dan hukuman secara tepat.
Sebagai penjaga disiplin dikelas, dosen dituntut menciptakan suasana yang memungkinkan mahasiswa dapat belajar sedemikian rupa sehingga dosen dapat mengajar dengan penuh konsentrasi dan mahasiswa dapat belajar dengan tekun.
B.     Dosen sebagai Didaktikus
Menurut Benyamin Bloom sebagaimana dikutip W.S Winkel (1991; 115), kualitas pengajaran sangat bergantung pada cara menyajikan materi yang harus dipelajari. Selain itu, bagaimana cara dosen menggunakan peneguhan, bagaimana cara dosen mengaktifkan mahasiswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses belajar, dan bagaimana cara dosen memberikan informasi kepada mahasiswa tentang keberhasilan mereka, merupakan cara-cara yang bisa disampaikan. Semua hal tersebut menuntut keterampilan didaktik dosen.
Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya sebagai didaktikus, seorang dosen dituntut memiliki keterampilan sebagai berikut:
  1. Jelas dalam menerangkan dan memberikan tugas.
  2. Bervariasi dalam menggunakan prosedur didaktik.
  3. Cara bekerjanya sistematik.
  4. Mampu menanggapi pertanyaan dan gagasan mahasiswa secara positif.
  5. Memberikan umpan balik yang informatif tentang kemajuan mahasiswa.

2.2  Motivasi Belajar
Nasution (1992) mengungkapkan pengertian motivasi belajar, yaitu kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Sedangkan Nurhayati (1999, dalam Maulana, 2002a) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau usaha untuk menciptakan situasi, kondisi dan aktivitas beljar, karena didorong adanya kebutuhan untuk mencapai tujuan belajar.
Dari beberepa pendapat dimuka, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penelasan dan penaksiran perilaku. Adanya motivasi karena seseorang merasakan adanya dorongan kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi menentukan tingkat keberhasilan belajar mahasiswa. Motivasi menjadi salah satu factor yang turut menetukan belajar yang efektif dan menentukan hasil belajar yang lebih baik. Motivasi tidak dapat diabaikan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena tanpa adanya motivasi suatu kegiatan belajar mengajar kurang berhasil. Sebagi salah satu kemunkinan yang dapat dilakukan oleh dosen adalah dengan memberi rangsangan atau dorongan kepada mahsaiswa. Moivasi yang diberikan oleh dosen merupakan faktor yang dapat menumbuhkan semangat mahasiswa dalam mencapai tujuan belajarnya.


2.3  Teknik Menarik Minat  dan Perhatian dalam Belajar
Hal-hal berikut yang dapat membantu dosen dalam menarik minat dan perhatian mahsiswa dalam belajar:
  1. Tampil dengan prima pada saat memulai pelaksanaan proses pemelajaran.
  2. Variasikan penggunaan metode dan media pemelajaran.
  3. Kuasai materi pemelajaran dengan ketentraman didaktik.
  4. Selingi proses pemelajaran dengan humor yang terkendali.
  5. Sesuaikan proses pemelajaran dengan kondisi dan kapasitas kemampuan mahasiswa.
  6. Ciptakan suasana kelas aman, tertib, hangat, dan terkendali.
  7. Hargai setiap mahasiswa sebagai manusia yang utuh.
  8. Ciptakan suasana pemelajaran yang serius, tetapi santai.
  9. Ajaklah para mahasiswa untuk menata ruangan kelas sehingga menarik minat dan perhatian mereka untuk belajar.
  10. Berikan penekanan pada materi-materi tertentu dengan komunikasi yang baik.
2.4 Kepribadian Dosen/Guru Profesional
Seorang dosen dikatakan profesional apabila ia memiliki dan menanampilkan kepribadian sebagai berikut:
1.      Memiliki stabilitas emosi;
2.      Percaya diri (optimis);
3.      Memiliki kesabaran;
4.      Sederhana;
5.      Tahu batas;
6.      Adil;
7.      Realistis;
8.      Humoris;
9.      Berpenampilan tenang;
10.  Antusias (bersemangat);
11.  Menghargai peserta didik;
12.  Selalu mawas diri;
13.  Berpikir positif;
14.  Disiplin;
15.  Bertanggung jawab;
16.  Berwibawa;
17.  Perhatian;
18.  Selalu belajar;
19.  Membangun citra diri sehat para mahasiswanya;
20.  Berpenampilan menarik.


BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis kerja dan aktivitas (job and activity analysis). Menurut Nazir (2005: 61) analisis kerja dan aktivitas merupakan penelitian dengan mengunakan metode deskriptif. Penelitian ini ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia, dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, studi yang mendalam dilakukan terhadap kelakuan-kelakuan dosen, kepribadian dosen terhadap gerak-gerik mereka dalam melaksanakan tugas, penggunaan waktu secara efesien dan efektif, dan sebagainya. Data mengenai hal-hal yang ingin diselidiki, kemudian dianalisis, diberikan interpretasi, dan diadakan generalisasi dalam rangka menetapkan sifat-sifat dan kriteria-kriteria pekerjaan yang baik, rencana upgrading, keseimbangan berusaha dan bekerja serta aktivitas sangat berkembang.
3.2 Populasi Sempel Penelitian
Pada penelitian ini teknik pengambilan data yang digunakan yaitu non-probability sampling dengan teknik sampling kuota, dimana teknik ini termasuk sampling tidak acak yang menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Disini peneliti mengambil sampel seratus orang dari mahasiswa reguler program S1-PGSD UPI kampus Purwakarta:
  1. Tigkat I kelas A dan B
  2. Tingkat II kelas A sampai F
  3. Tingkat III matematika A dan B
Jumlah sampel ditentukan 100 orang dengan masing-masing 10 orang dari tiap kelas secara bebas sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (mahasiswa yang aktif).
                        Instrumen Penelitian  dan Teknik Pengolahan
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang menekankan pada pengukuran sikap (Skala Sikap) dengan mengunakan skala Likert. Awalnya,  variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variable kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrument yang berupa pertanyaan yang harus dijawab mahasiswa untuk mengetahui pendapat seputar profesionalisme dosen Matematika di UPI kampus Purwakarta yang meliputi kedisiplinan, penguasaan materi, metode pengajaran, interaksi dosen di dalam kelas, interaksi dosen di luar kelas, sikap dan penampilan dosen. Setiap jawaban dihubungkan dengan kata-kata Baik sekali, Baik, Cukup, dan Kurang.
Data hasil kuesioner di analisis secara kualitatif dengan teknik presentase dan pengolahan skor dengan menggunakan Skala 1-4 (bobot nilai), kemudian menghitung indeks prestasi dengan rumus tertentu.
                        Analisis Data
Untuk memudahkan dalam melakukan interpretasi, digunakan kategori presentase berdasarkan Kuntjaraningrat (Maulana, 2002b) sebagai berikut:
Tabel 3.1: Klasifikasi Interpretasi
Basarnya Presentase
Interpretasi
0%
Tidak ada
1% - 25%
Sebagian kecil
26% - 49%
Hampir setengahnya
50%
Setengahnya
51% - 75%
Sebagian besar
76% - 99%
Hampir seluruhnya
100%
Seluruhnya

Tabel 3.2: Skala Penilaian

Keterangan
Skala 1-4 (Bobot Nilai)
Baik sekali
4
Baik
3
Cukup
2
Kurang
1


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1  TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN
Berdasrkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap kuesioner yang disajikan, diperoleh data jawaban sebagai berikut:

Tabel 4.1: Hasil Kuesioner Penilaian Kinerja Dosen Matematika
Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Purwakarta

No
Aspek Penilaian
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
1
Kedisiplinan
71
6
23
-
100
2
Penguasaan materi
49
47
4
-
100
3
Metode pengajaran
11
61
24
4
100
4
Interaksi di dalam kelas
15
49
32
4
100
5
Interaksi di luar kelas
10
45
25
20
100
6
Sikap dan penampilan
30
57
12
1
100

Total
186
265
120
29
600


Gambar 4.1: Diagram Batang Kinerja Dosen Matematika UPIKampus Purwakarta
Tabel 4.2: Pengolahan Skor
Keterangan
f
Skala 1-4 (Bn)
Skor (k)
Baik sekali
185
4
740
Baik
265
3
795
Cukup
120
2
240
Kurang
29
1
29
600

1.804

Indeks Prestasi            =
=  
=  3.01
4.2 PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh dari kuesioner, menunjukan bahwa hampir seluruh mahasiswa (71%) menyatakan dosen matematika termasuk dosen yang tepat waktu (disiplin). Sebagian kecil (6%) tidak disiplin karena dosen matematika sibuk atau ada kepentingan lain, dan 23% dosen matematika kadang-kadang tepat waktu karena rumah dosen yang jauh.
Dari sejauh mana pengusaan dosen matematika terhadap materi yang disampaikan, terdapat hampir setengahnya (49%) menyatakan baik sekali dengan alasan sistematis, lancar, jelas dan terperinci, dimana (47% baik) karena dapat dimengerti, faktor gelar yan dimiliki dan pengalaman mengajar. Sebagian kecil (4% cukup baik) karena kadang dosen matematika tersebut terpaku ke buku dan menjawab pertanyaan dari mahasiswanya sedikit rumit.
Tentang metode yang digunakan dosen matematika dalam menyampaikan materi perkuliahan, sebagian kecil (11%) mahasiswa menyatakan baik sekali dengan alasan Inovatif, banyak latihan, menyenangkan dan tepat sasaran, sebagian besar (61% baik) karena bervariasi, santai dan banyak menerangkan, (24% cukup) karena banyak menulis, dan (4% kurang) karena monoton.
Tentang bagaimana interaksi dosen matematika ketika mengajar, sebagian kecil (15%) mahasiswa mengatakan baik sekali dengan alasan selalu memberkan motivasi dan melibatkan mahasiswa untuk berperan aktif selama proses perkuliahan, hampir setengahnya (49% baik) karena ramah, komunikatif dan humoris,  (32% cukup) karena tertalu tegas sehingga mahasiswa sungkan untuk bertanya dan (4% kurang) karena terlihat adanya diskriminasi terhadap mahasiswa.
Sedangan tentang interaksi dosen matematika ketika sedang tidak mengajar (di luar jam kuliah), sebagian kecil (10%) mahasiswa mengatakan baik sekali dengan alasan ramah dan bersahabat. Hampir setengahnya (45% baik) karena saling tegur sapa dan selalu tersenyum, (25% cukup) karena dosen terlalu sibuk sehingga komunikasi kurang dan (20% kurang) karena diskriminasi, terlalu dingin dan jarang tersenyum sehingga  mahasiswa sungkan untuk menyapa dan bertanya.
Tentang sikap dan penampilan yang ditunjukan dosen matematika apakah telah mencerminkan contoh yang baik, hampir setengahnya (30%) mahasiswa menyatakan baik sekali dengan alasan berwibawa dan tauladan yang baik. Sebagian besar (57% baik) karena rapih, sopan dan mencerminkan seorang pendidik yang baik, (12% cukup) karena memang sudah seharusnya berpenampilan sopan, rapih dan disiplin, dan (1% kurang) karena kadang penampilannya tidak sesuai ketika mengajar dan kesannya tidak peduli (cu’ek).
Dari sejumlah soal dalam kuesioner, ternyata di peroleh jawaban yaitu rata-rata kinerja dosen matematika adalah 3.01, sehingga keterangan pandangan mahasiswa terhadap propesionalisme dosen matematika UPI kampus Purwakarta dinyatakan Baik (Bagus).








BAB V
PENUTUP


                        KESIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa pandangan mahasiswa terhadap propesionalisme dosen matematika UPI kampus Purwakarta dinyatakan Baik (Bagus) yang meliputi kedisiplinan (71% baik sekali, 6% baik, 23% cukup), penguasaan materi (49% baik sekali, 47% baik, 4% cukup), metode pengajaran (11% baik sekali, 61% baik, 24% cukup, 4% kurang), interaksi di dalam kelas (15% baik sekali, 46% baik, 32% cukup, 4% kurang), interaksi di luar kelas (10% baik sekali, 45% baik, 25% cukup, 20% kurang), sikap dan penampilan (30% baik sekali, 57% baik, 12% cukup, 1% kurang) dengan alasan-alasan tertentu..
.
                        REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan diatas dikemukakan beberapa rekomendasi berikut:
1.      Seorang dosen akan banyak menghadapi persoalan. Dosen yang profesional tidak akan dibelenggu oleh persoalan, tetapi ia akan selalu berupaya mengubah persoalan-persoalan menjadi tantangan dan peluang. Ia berupaya menjadi pengendali atas keadaan yang tidak menyenangkan, bukan dikendalikan oleh keadaan yang tidak menyenangkan.
2.      Dosen efektif sangat ditunjang oleh kemampuan konsep diri yang positif dan kperibadian yang baik. Dosen yang memiliki konsep diri positif yang baik mampu menciptakan situasi belajar yang kondusif.
3.      Terjalinnya komunikasi antara mahasiswa dan dosen, serta mahasiswa dengan mahasiswa, tidak dapat dilepaskan dari cara seorang dosen menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif. Ia harus mampu membangun motivasi mahasiswa. Melibatkan mahasiswa dalam proses belajar mengajar, serta pandai menarik minat dan paerhatian mahasiswa.
4.      Dosen yang bijaksana senantiasa mengendalikan sikap dan perilaku mahasiswa dengan pendekatan positif. Mereka berupaya mencari dan mendayagunakan berbagai metode agar dalam mendidik dilakukan dengan cara-cara yang efektif, menyenangkan dan manusiawi.
5.      Salah satu kebiasaan baik dosen adalah  mampu menjaga jarak dan berlaku adil terhadap para mahasiswanya. Untuk menghindari anggapan dosen bersikap pilih kasih, dosen hendaknya membuka diri untuk mau membimbing  secara individual kepada semua mahasiswa tanpa terkecuali baik pada saat mengajar maupun di luar jam mengajar.




DAFTAR PUSTAKA


Adjie, Nahrowi & Maulana. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.
Budianto, Slamet. 1996. Pengaruh Media Terhadap Daya Serap Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar. Proposal Skripsi pada FKIP UIN Bandung : Tidak diterbitkan.
Hadi, Saepul, M. ___. Pedoman Penyusunan Skripsi. Bandung: Sabili.
Hatimah, Ihat, dkk. 2007. Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.
Hijrianti, Fifit. 2007. Penggunaan Metode Kerja Kelompok Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pengetahuan Sosial di SD. Skripsi Sarjana pada PGSD UPI Kampus Purwakarta
Prabawanto, Sufyani & Mujono. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press
Purwanto, Ngalim, M. 2006. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Cece, dkk. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: UPI Press
Ridwan. 2006. Dasar-dasar Statistika. Bandung : Alfabeta.
Sukandi. 2007. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu.
Wahyudin, Uyu, dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press.
____. 2006. Metodik Didadik. Purwakarta: UPI Kampus Purwakarta.
____. 2006. Jurnal Pendidikan Dasar. Purwakarta: UPI Kampus Purwakarta.
____. 2007. Jurnal Pendidikan Dasar. Purwakarta: UPI Kampus Purwakarta.
____. 2008. Mimbar Pendidikan Guru dan Tuntutan Profesional. Bandung: UPI Press.




LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
ALAT PENGUMPULAN DATA


Jenis Kelamin :           LAKI-LAKI                           PERMPUAN
Tingkat/kelas : ……………………
PENILAIAN MAHASISWA
TERHADAP KINERJA DOSEN MATEMATIKA
UPI KAMPUS PURWAKARTA
  1. Apakah dosen matematika Saudara termasuk dosen yang tepat waktu ?
a.       Ya
b.      Tidak
c.       Kadang-kadang
Alasannya : ……………………………………………………………………..
                    ……………………………………………………………………..
  1. Menurut Anda, sejauh mana penguasaan dosen matematika terhadap materi yang disampaikan ?
a.       Baik sekali
b.      Baik
c.       Cukup
d.      Kurang
Alasannya : ……………………………………………………………………..
                    ……………………………………………………………………..
  1. Menurut penilaian Anda, bagaimana metode yang digunakan dosen matematika dalam menyampaikan materi perkuliahan ?
a.       Baik sekali
b.      Baik
c.       Cukup
d.      Kurang
Alasannya : ……………………………………………………………………..
                    ……………………………………………………………………..
  1. Bagaimana interaksi antara dosen matematika dengan mahasiswa ketika mengajar ?
a.       Baik sekali
b.      Baik
c.       Cukup
d.      Kurang
Alasannya : ……………………………………………………………………..
                    ……………………………………………………………………..
  1. Bagaimana interaksi dosen matematika dengan mahasiswa ketika tidak sedang mengajar (di luar jam kuliah) ?
a.       Baik sekali
b.      Baik
c.       Cukup
d.      Kurang
Alasannya : ……………………………………………………………………..
                    ……………………………………………………………………..
  1. Menurut Anda, apakah sikap dan penampilan yang ditunjukan dosen matematika telah mencerminkan contoh yang baik?
  1. Baik sekali
  2. Cukup
  3. Kurang
Alasannya : ……………………………………………………………………..
                    ……………………………………………………………………..
                    …………………………………………………………………….





Lampiran 2
·     DATA PENELITIAN:
Tabel  Hasil Kuesioner Penilaian Kinerja Dosen Matematika
Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Kampus Purwakarta

No
Aspek Penilaian
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
1
Kedisiplinan
71
6
23
-
100
2
Penguasaan materi
49
47
4
-
100
3
Metode pengajaran
11
61
24
4
100
4
Interaksi di dalam kelas
15
49
32
4
100
5
Interaksi di luar kelas
10
45
25
20
100
6
Sikap dan penampilan
30
57
12
1
100

Total
186
265
120
29
600








Lampiran 3
·     ALASAN MAHASISWA:
1.       KEDISIPLINAN

Baik Sekali   =
Baik              =
Cukup           =
Tepat waktu.
Ada keperluan lain.
Rumah dosen yang cukup jauh.


2.       PENGUASAAN MATERI

Baik Sekali   =
Baik              =
Cukup           =
Sistematis, lancar, jelas dan terperinci.
Dapat dimengerti, faktor gelar yan dimiliki dan pengalaman mengajar.
Kadang terpaku ke buku dan menjawab pertanyaan dar mahasiswanya sedikit rumit.


3.       METODE PENGAJARAN

Baik Sekali   =
Baik              =
Cukup           =
Kurang         =
Inovatif, banyak latihan, menyenangkan dan tepat sasaran
Bervariasi, santai dan banyak menerangkan.
Banyak menulis.
Monoton


4.       INTERAKSI DI DALAM KELAS

Baik Sekali   =

Baik              =
Cukup           =
Kurang         =
Selalu memberkan motivasi dan melibatkan mahasiswa untuk berperan aktif selama proses perkuliahan.
Ramah, komunikatif dan humoris.
Tertalu tegas sehingga sungkan untuk bertanya.
Teampak adanya diskriminasi terhadap mahasiswa


5.       INTERAKSI DI LUAR KELAS

Baik Sekali   =
Baik              =
Cukup           =
Kurang         =
Ramah dan bersahabat.
Saling tegur sapa dan selalu tersenyum.
Dosen terlalu sibuk sehingga komunikasi kurang.
Diskriminasi, terlalu dingin dan jarang tersenyum sehingga  mahasiswa sungkan untuk menyapa dan bertanya.


6.       SIKAP DAN PENAMPILAN

Baik Sekali   =
Baik              =
Cukup           =
Kurang         =
Berwibawa dan tauladan yang baik.
Rapih, sopan dan mencerminkan seorang pendidik yang baik.
Karena sudah seharusnya berpenampilan sopan, rapih dan disiplin.
Kadang penampilannya tidak sesuai ketika mengajar dan kesannya tidak peduli (cu’ek).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar