Minggu, 03 Oktober 2010

Penerapan Metode Tanya Jawab Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTS Assalam” (Penilitian Terhadap Siswa Kelas VIIE MTS Assalam Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta).

A.  Latar Belakang Masalah
Membina akhlak merupakan bagian yang sangat penting dalam tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab[1].
Disamping itu, banyaknya tindak kriminal yang dilakukan para remaja dan seringnya terjadi tawuran antar pelajar disinyalir sebagai akibat dari tidak berhasilnya Pembinaan Akhlak dan Budi Pekerti pada siswa. Kegagalam pembina akhlaq akan menimbulkan masalah yang sangat besar, bukan saja pada kehidupan bangsa saat ini tetapi juga masa yang akan datang. Ini pada posisi yang sangat penting, bahkan membina akhlak merupakan inti dari ajaran islam. Rosulullah saw bersabda, yang diwirayatkan oleh Ahmad:
 
Artinya : Sesunguguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena akhlak adalah instinct atau gorizah yang dibawa manusia sejak lahir. Dalam pendangan ini, maka akhlak yang tumbuh dengan sendirinya walaupun tanpa dibentuk atau usahakan.[2]
Namun pendapat lain mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh – sungguh. Imam Al-Ghazali misalnya mengatakan sebagai berikut ”Seandainya akhlak itu tidak dapat menerima perubahan, maka batalah  fungsi wasiat, nasihat dan pendidikan dan tidak ada pula fungsinya hadist  nabi yang mengatakan ”Perbaikilah Akhlak kamu sekalian ”.[3]
Pada kenyataan di lapangan usaha-usaha pembina akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan mulia berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak memang pelu dibina dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taan kepada Allah dan Rosul-Nya, hormat kepada ibu bapaknya dan sebagainya.
Untuk itu harus ada upaya pembinaan terhadap siswa di sekolah ataupun di luar sekolah, baik itu oleh orang tua atau guru sebagai pebdidik. Upaya tersebut agar dilakukan dalam hubungan kerjasama yang harmonis, baik memalui pendidikan dalam keluarga maupun pendidikan (pembinaan mental) yang diselenggarakan oleh masyarakat.Pendidikan merupakan hal penting yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang keluarga maupun bangsa. Mengingat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus di laksanakan sebaik-baiknya dalam bentuk upaya pendidikan.
Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 39 ayat (2) disebutkan bahwa :
Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara ummat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.[4]

Pada kurikulum madrasah, pendidikan agama dibagi menjadi lima mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan penjelasan ayat (3) : “...satu unsur dapat dibagi menjadi lebih dari satu mata pelajaran...” Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran dari unsur pendidikan agama yang ada di madrasah. Mata pelajaran ini membahas kajian tentang peristiwa-peristiwa penting berkenaan dengan perkembangan agama Islam yang memungkinkan terjadinya pengenalan, penghayatan dan penanaman nilai pada peserta didik atas ajaran dan semangat Islam sebagai rahmatan lil .alamin.
Aqidah dan Akhlak merupakan dasar yang utama dalam pembentukan kepribadian manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya kepribadian berakhlak merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kestabilan kepribadian secara keseluruhan.
Tentang pendidikan akhlak ini lebih lanjut dikatakan oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, mengatakan bahwa “Pendidikan budi pekerti dan akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam dan mencapai suatu akhlak yang sempurna merupakan tujuan yang sebenarnya dari pendidikan Islam”. Dengan demikian jelas bahwa gambaran manusia yang ideal yang harus dicapai melalui pendidikan adalah manusia yang  apabila suatu bangsa (umat) itu telah rusak, maka hal ini juga akan mempengaruhi akhlak generasi-generasi mendatang. Terlebih lagi kalau rusaknya akhlak tersebut tidak segera mendapat perhatian atau usaha untuk mengendalikan dan memperbaikinya. Bagaimanapun akhlak dan perilaku suatu generasi itu akan sangat menentukan terhadap akhlak dan perilaku umat-umat sesudahnya. Oleh karena itu, tidak salah apa yang telah disampaikan oleh para ahli pendidikan bahwa perkembangan pribadi itu akan sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, terutama berupa pendidikan. Dijelaskan bahwa manusia yang baik adalah manusia yang memiliki lima syarat utama atau memenuhi empat syarat pokok, yaitu akhlak, amal, asih, arif dan ahli.
Kalau penulis perhatikan dan amati dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan moral dan budi pekerti yang menimbulkan kemerosotan norma-norma susila dan norma-norma agama dikalangan masyarakat, terutama dikalangan generasi pemuda yang bisa membawa kegoncangan hidup manusia. Dengan adanya aqidah yang tidak tetap dan kokoh itu, tentu akan menyebabkan orang tersebut mudah teromabang-ambingkan oleh arus Syaithoniah. Dari keadaan semacam ini apabila tidak dapat dikendalikan oleh norma-norma yang menyetirnya (agama), maka akan terjadi adalah kekacauan dalam kehidupannya. Kita sebagai generasi penerus, harus menyadari hal tersebut, karena pada pundak generasi mudalah akan ditumpahkan harapan masa depan bangsa ini, guna menyambung usaha-usaha memperbaiki akhlak yang sementara ini terbengkalai, cita-cita bangsa yang belum terlaksana sepenuhnya dan selanjutnya untuk memelihara apa-apa yang telah ada dan mengusahakan yang baru (lebih baik) agar dapat berkembang lebih maju dan semakin sempurna. Oleh karena itu, pendidikan tentang akhlak dalam kehidupan umat manusia menempati kedudukan yang sangat penting.
Menurut Ruseffendi ada 10 faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yaitu :
1.      Faktor dari dalam yang mencakup kecerdasan anak, kesiapan anak, bakat anak, kemauan anak, dan minat anak.
2.      Faktor dari luar yang mencakup model penyajian materi, pribadi dan cara guru mengajar, suasana belajar, kompetisi guru, dan kondisi masyarakat luas.[5]
Perpaduan faktor-faktor itu mengandunng arti, bahwa kegiatan belajar mengajar siswa akan lebih lancar dan mencapai hasil yang optimal apabila faktor-faktor itu mendukung terjadi proses belajar mengajar efektif. Salah satu upaya guru untuk menunjang kelancaran pelaksanaan KBM dan mencapai tujuan belajar, guru harus dapat memilih dan menggunakan metode mengajar.
Setelah malakukan observasi di kelas VIIE MTs Assalam dan menghasilkan insformasi bahwa rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi, salah satunya kesulitan dalam proses pemahaman terhadap materi pelajaran. Metode yang selama ini digunakan guru adalah metode ceramah konvensional belum menggunakan variasi pendekatan pembelajaran yang lain.
Dengan demikian perlu digunakan metode pembelajaran yang tepat yaitu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran Aqidah Akhlak. Metode pengajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keaktifan dan memusatkan perhatian siswa serta mendorong siswa untuk belajar merencanakan dengan baik agar dapat memberikan jawaban dengan benar pada penguasaan bahasan materi Aqidah Akhlak yang disampaikan  adalah metode tanya jawab.
Metode tanya jawab adalah metode tes lisan yang didasarkan atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan dan disusun oleh guru yang harus dijawab oleh siswa (Depdikbud, 1988: 37).[6] Metode tanya jawab didesain untuk meningkatkan kreatifitas siswa serta tanggung jawabnya terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Dengan demikian siswa saling tergantung dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Dalam pembelajaran menggunakan metode tanya jawab ini yang berperan aktif adalah guru dan siswa, guru sebagai motivator siswa dan siswa mengarahkan kegiatan belajar mengajar.
Berangkat dari pemikiran hasil observasi pendahuluan di MTYS Assalam, kajian ini mengungkap pembelajaran Aqidah Akhlak  dengan judul: “Penerapan Metode Tanya Jawab Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Siswa MTS Assalam” (Penilitian Terhadap Siswa Kelas VIIE MTS Assalam Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta).

etc....

1 komentar: